Pages

Kamis, 01 Desember 2011

Puasa Sunnah


Segala pujian yang terbaik hanya milik Alloh Ta’ala yang telah mensyariatkan bagi hamba-Nya ibadah-ibadah yang sunnah di samping ibadah yang wajib. Sehingga kaum muslimin mempunyai kesempatan yang amat banyak untuk menutupi dan menambal kekurangan yang ada pada ibadah-ibadah wajib. Dan juga sebagai simpanan yang dapat memperberat timbangan di hari kiamat kelak. Di antara ibadah sunnah yang disyariatkan oleh Alloh kepada umat ini adalah puasa sunnah.
Adapun macam-macam puasa sunnah beserta keutamaannya masing-masing yaitu:
  1. Puasa enam hari di bulan Syawal, baik dilakukan secara berturutan ataupun tidak. Keutamaan puasa romadhon yang diiringi puasa Syawal ialah seperti orang yang berpuasa selama setahun (HR. Muslim).
  2. Puasa sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, yang dimaksud adalah puasa di sembilan hari yang pertama dari bulan ini, tidak termasuk hari yang ke-10. Karena hari ke-10 adlah hari raya kurban dan diharomkan untuk berpuasa.
  3. Puasa hari Arofah, yaitu puasa pada hari ke-9 bulan Dzuhijjah. Keutamaan: akan dihapuskan dosa-dosa pada tahun lalu dan dosa-dosa pada tahun yang akan datang (HR. Muslim). Yang dimaksud dengan dosa-dosa di sini adalah khusus untuk dosa-dosa kecil, karena dosa besar hanya bisa dihapus dengan jalan bertaubat.
  4. Puasa Muharrom, yaitu puasa pada bulan Muharrom terutama pada hari Assyuro’. Keutamaannya adalah bahwa puasa di bulan ini adalah puasa yang paling utama setelah puasa bulan Romadhon (HR. Bukhori)
  5. Puasa Assyuro’. Hari Assyuro’ adalah hari ke-10 dari bulan Muharrom. Nabi sholallohu ‘alaihi wasssalam memerintahkan umatnya untuk berpuasa pada hari Assyuro’ ini dan mengiringinya dengan puasa 1 hari sebelum atau sesudahnhya. Hal ini bertujuan untuk menyelisihi umat Yahudi dan Nasrani yang hanya berpuasa pada hari ke-10. Keutamaan: akan dihapus dosa-dosa (kecil) di tahun sebelumnya (HR. Muslim).
  6. Puasa Sya’ban. Disunnahkan memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban. Keutamaan: bulan ini adalah bulan di mana semua amal diangkat kepada Robb semesta alam (HR. An-Nasa’i & Abu Daud, hasan).
  7. Puasa pada bulan Harom (bulan yang dihormati) yaitu bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharrom, dan Rojab. Dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah pada bulan-bulan tersebut termasuk ibadah puasa.
  8. Puasa Senin dan Kamis. Namun tidak ada kewajiban mengiringi puasa hari Senin dengan puasa hari Kamis atau sebaliknya. Keduanya merupakan hari di mana amal-amal hamba diangkat dan diperlihatkan kepada Alloh.
  9. Puasa tiga hari setiap bulan. Disunnahkan untuk melakukannya pada hari-hari putih (Ayyaamul Bidh) yaitu tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan. Sehingga tidaklah benar anggapan sebagian orang yang menganggap bahwa puasa pada harai putih adalah puasa dengan hanya memakan nasi putih, telur putih, air putih, dsb.
  10. Puasa Dawud, yaitu puasa sehari dan tidak puasa sehari. Keutamaannya adalah karena puasa ini adalah puasa yang paling disukai oleh Alloh (HR. Bukhori-Muslim).
Demikianlah beberapa jenis puasa sunnah yang disyariatkan dalam agama ini. Kita memohon kepada Alloh agar diberikan rasa cinta dalam diri kita terhadap amalan yang dapat mendekatkan diri ini kepadaNya.

Wassalaamu'alaikum Wr.Wb

Kamis, 24 November 2011

Menjadikan Keluarga Sakinah


Merujuk dari sebuah firman Allah berbunyi "Quu anfusakum waahliikum naaraan....." membuat hati berdegup kencang, bagaimana dan apa yang harus dilakukan!!
namun baginda Rasul telah berwasiat kepada para pemuda yang mau menikah untuk melihat empat kriteria yaitu:
1. dilihat dari kecantikannya karena dengan kecantikan akan membuat kita betah pulang kerumah
2. dilihat dari hartanya, karena harta bisa membuat seseorang ingat atau bahkan lupa kepada sang pencipta
3. dilihat dari keluarganya, karena didikan keluarga yang bagus tentang nilai-nilai keagamaan sejak usia dini maka akan teraplikasikan pada saat dewasanya nanti
4. dilihat dari agamanya, dan point keempat inilah merupakan poros utuk menjadi keluarga sakinah

Artinya melihat dari point-point sabda Nabi diatas, sejak sebelum pernikahanpun kita telah diberikan kewajiban untuk mencari seorang pasangan yang baik menurut agamanya.
Tapi ada sebuah pengalaman menarik lo! ada seorang ikhwan yang begitu jatuh cinta, terhadap seorang akhwat yang di anggapnya sangat sholihah. dia terus berbenah diri bertafaqur kepada Allah untuk mendapatkan pujaan hatinya walaupun dalam hatinya dia sudah merasa tak pantas untuk mendapatkannya, karena dia merasa dia bukan seorang ikhwan yang sholeh, dia masih suka bermaksiat kepada Allah..... Namun karena begitu cintanya ia kepada pujaan hatinya, siang malam dia bermunajat kepada Allah untuk dijadikan terbaik buat akhwat itu, dan juga memohon agar akhwat itu dijadikan yang terbaik buat dirinya............
Setelah beberapa bulan, dia baru sadar kalau niatnya salah, dia hanyalah pengin memiliki akhwat itu karena keegoannya dan bukan mengharapkan keridhoan dari sang maha Mengetahui......Dia menangis karena kekeliruannya itu...........Namun dalam hatinya dia masih sangat mengharapkan akhwat itu untuk menjadi istrinya. Hingga pada suatu malam Allah membukakan tabir dari kegalauannya. Akhwat itu tiba-tiba menghubunginya dan mengatakan ternyata dia sudah berta'aruf dengan ikhwan lain dan dia pengin menghargai proses ta'aruf tersebut. Ikhwan itu sedih namun bangga dengan kejujuran itu, dan tanpa ia sadari ia telah menemukan sebuah ketenangan yang tak terharga dengan harta benda.
Sungguh sangat benar firman Allah dalam surat An-Nuur yang berbunyi "Laki-laki yang baik akan mendapatkan wanita yang baik"
Nah terus bagaimana kita mengukur apakah kita telah pantas untuk dia?apakah kita telah baik! kalau hanya berpatokan dan mengukur pantas dan tidak pantasnya, maka kita tidak akan bisa untuk melangkah lebih jauh lagi. Namun kita harus terus memperbaiki dan memperbaharui kualitas ketaqwaan kita kepada Allah sebagai alat ukur.
Dalam surat Luqman ayat 12-18 Allah telah mengajarkan dan mencontohkan kepada kita proses awal pembentukan keluarga sakinah yaitu :
1. Sejak usia dini kita harus menanamkan nilai-nilai tauhid yang kuat dalam rumah tangga kita, sebagai benteng yang kokoh dalam menghadapi berbagai macam perubahan zaman
Sebagaimana Luqman berwasiat kepada putranya "Yaa bunaiyya laa tusyrik billah inna Syirka lazhulmun 'azhiim"
2. Ketika nilai-nilai tauhid telah melekat dan tertanam kokoh didalam diri anak, maka akan teraplikasikan dalam akhlak yang baik sebagaimana Luqman juga berkata "Yaa bunaiyya Aqiimish Shalaata wa'mur bil ma'ruufi wan haa 'anil munkari washbir 'alaa maa ashoobak. inna dzaalika min 'adzmil umuur"

Dari unsur-unsur yang terkandung dalam rangkai shalat tersebut akan menanamkan ketenangan batin yang akan menyebar luas kepada orang-orang yang ada disekitarnya
sebagimana firman Allah "Aqiimish shalaata tanhaa 'anil fahsaai wal munkar" dengan didirikannya shalat akan terjadi pencegahan terhadap perbuatan keji dan munkar
Ketika dua ranah dasar tersebut telah terpenuhi maka insya allah akan tercipta sebuah keluarga yang sakinah mawadda warohmah. Amiiiin....

Meraih Taqwa Dengan Bernafkah di Jalan Allah Secara Konsisten


Menafkahkan harta di jalan Allah merupakan ciri dari orang orang yang bertaqwa. Taqwa merupakan aspek penting di dalam ajaran agama Islam. Seseorang yang meraih derajat taqwa maka Allah akan memberikan ganjaran yang terbaik yaitu surga. Surga merupakan dambaan dan visi bagi insan yang beriman kepada Allah dan RasulNya. Agar meraih surganya Allah maka insan tersebut harus menjadikan taqwa sebagai misi hidupnya.
Taqwa berasal dari kata waqoyya yang berarti perlindungan. Di dalam Al-Quran taqwa sering diartikan takut kepada Allah. Seseorang yang takut kepada Allah maka ia akan melindungi dirinya dari segala potensi yang akan menjerumuskannya ke dalam dosa.  Seorang sahabat Rasul SAW, Ubay bin Ka’ab pernah memberikan gambaran yang jelas tentang hakikat taqwa. Pada waktu itu, Umar bin Khaththab bertanya kepada Ubay tentang apa itu taqwa. Ubay balik bertanya : “Apakah Anda tidak pernah berjalan di tempat yang penuh duri?” Umar menjawab : “Ya.” Ubay bertanya lagi : “Lalu Anda berbuat apa?” Umar menjawab: “Saya sangat hati-hati dan bersungguh-sungguh menyelamatkan diri dari duri itu.” Ubay menimpali : “Itulah (contoh) taqwa.”
Menghindari dari suatu kemaksiatan merupakan rangkaian ihtiar kita sebagai hamba Allah untuk membangun perlindungan agar kita terlindung dari siksa api neraka. Kemudian bagaimana urgensi bernafkah di jalan Allah dapat membawa kita menuju derajat taqwa.  Didalam surat Ali Imran Allah berfirman “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,  [yaitu] orang-orang yang menafkahkan [hartanya], baik di waktu lapang maupun sempit….”
Di ayat diatas digambarkan bahwa di dalam keadaan senang maupun susah kita tetap harus selalu berusaha untuk  menafkahkan harta di jalan Allah. Kondisi senang dan susah merupakan 2 kondisi yang dapat menjerumuskan seseorang ke dalam hal hal yang tidak dianjurkan oleh ajaran agama kita. Jikalau seseorang berada di dalam keadaan senang karena harta kekayaan yang begitu banyak maka orang tersebut akan berpotensi untuk boros dan menghamburkan hartanya untuk hal hal yang bersifat keduniawian. Sebaliknya kesulitan dan ujian hidup yang dialami seseorang maka orang tersebut akan berpotensi untuk putus asa, sedih memikirkan nasibnya yang kurang beruntung. Begitu besarnya tekanan yang dihadapi seseorang dalam menghadapi ujian hidup akan banyak godaan untuk melakukan hal hal yang tidak dianjurkan dalam agama seperti mabuk mabukan, bunuh diri, bahkan tindakan kriminal mencuri dan sebagainya.
Tetap bernafkah di jalan Allah di dalam kondisi senang dan susah merupakan cara terbaik untuk menghindar dari segala potensi dosa. Karena sesungguhnya bernafkah di jalan Allah berarti kita tetap memelihara dan memperkuat hubungan kita dengan Allah. Semakin kita ingat Allah maka semakin kuat benteng pertahanan kita dalam melawan segala godaan hidup.
Bernafkah di jalan Allah tidak harus dengan harta “alladzina yunfiquu…”  setelah kata yunfiquu  dalam penggalan ayat dari surat Ali Imran di atas tidak di sebutkan objek yang harus dinafkahkan. Dengan dasar ini salah satu mufasirin berpendapat bahwa kita bisa bernafkan dengan segala potensi dan sumber daya yang diberikan Allah kepada kita. Kalau kita tidak punya harta maka kita bisa mempergunakan ilmu yang kita miliki di jalan Allah. Kalau kita tidak punya ilmu kita bisa gunakan tenaga kita untuk bernafkah di jalan Allah.
Marilah kita bernafkah di jalan Allah dengan segala yang kita miliki di dalam senang dan susah agar kita menjadi orang yang bertaqwa yang akan diberikan surga oleh Allah SWT.
Walahualam bi showab

Masuk Surga Tanpa Hisab

Orang yang masuk surga ada 3 macam, yaitu: Langsung masuk surga tanpa hisab (dihitung kebaikan dan keburukannya), masuk surga setelah dihisab, dan masuk surga setelah diadzab terlebih dahulu di neraka. Tentunya semua orang akan mengidam-idamkan masuk surga tanpa harus masuk neraka. Tapi bagaimana caranya? Mungkin ini adalah pertanyaan yang terlintas di benak setiap orang secara spontan begitu membaca judul ini.
Sempurnakan Tauhid !
Agar masuk surga tanpa hisab, syarat yang harus dipenuhi adalah membersihkan tauhid dari noda-noda syirik, bid’ah, dan maksiat. Alloh berfirman, “Sesungguhnya Ibrohim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Alloh dan hanif (lurus). Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Rabb).” (An Nahl: 120). Dalam ayat ini, Alloh memuji nabi Ibrohim dengan menyebutkan empat sifat, yang apabila keempat sifat ini ada pada diri seorang insan, maka ia berhak mendapatkan balasan yang tertinggi, yaitu masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab.
Mencontoh Para Nabi Dalam Bertauhid
Di dalam Al Qur’an Alloh memberikan uswah (teladan) kepada kita pada dua sosok manusia yaitu Nabi Ibrohim dan Nabi Muhammad ‘alaihimashsholaatu was salaam. Alloh berfirman, “Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrohim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka, ‘Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Alloh, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Alloh saja’.” (Al Mumtahanah: 4)
Perhatikanlah, Ibrohim ‘alaihis salam menjadi teladan dengan memurnikan tauhid dengan cara berlepas diri dari kesyirikan. Dalam ayat selanjutnya, Alloh berfirman, “Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrohim dan umatnya) ada teladan yang baik bagi kalian (yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Alloh dan (keselamatan pada) hari kemudian.” (QS. Al Mumtahanah: 6). Tidak diragukan lagi, balasan yang paling besar dan keselamatan yang dimaksud adalah masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab. Itulah keselamatan yang hakiki yang dinanti oleh setiap jiwa yang pasti akan merasakan mati.
Alloh juga berfirman tentang Nabi kita Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosululloh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Alloh dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Alloh.” (Al Ahzab: 21). Nabi Muhammad adalah orang yang paling paham tentang tauhid, maka orang yang hendak mempraktekkan tauhid dalam dirinya harus mencontoh ajaran beliau. Ya Alloh, masukkanlah kami dalam golongan orang yang mengharap rahmat-Mu dan banyak menyebut-Mu.
Patuh Terhadap Perintah Alloh
Nabi Ibrohim adalah seorang yang sangat patuh kepada Alloh, teguh dalam ketaatannya dan senantiasa berada dalam ketundukannya, apapun keadaannya. Buktinya ketika beliau diuji dengan perintah untuk menyembelih putra kesayangannya, beliau pun tetap patuh melaksanakannya (Qoulul Mufid karya Syaikh Al Utsaimin). Begitu juga keturunannya, pemimpin para Nabi, Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam, hamba Alloh yang paling taat. Alloh berfirman, “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (adzab) akhirat dan mengharapkan rahmat Rabbnya?” (Az Zumar: 9)
Keluar dari Kegelapan Syirik Menuju Cahaya Tauhid
Ibnul Qoyyim mengatakan, “Hanif adalah menujukan ibadah hanya kepada Alloh (tauhid) dan berpaling dari peribadatan kepada selain-Nya (syirik).” (Fathul Majid). Inilah sifat orang yang akan masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab, yakni betul-betul menjaga kemurnian tauhidnya dengan berpaling sejauh-jauhnya dari kesyirikan dengan segala macam pernak-perniknya. Mujahid berkata, “Nabi Ibrohim adalah seorang imam walaupun beliau beriman seorang diri di tengah kaumnya yang kafir.” (Tafsir Ibnu Katsir, An Nahl: 120). Maksudnya beliau adalah sosok yang selamat dari kesyirikan baik dalam perkataan, perbuatan, maupun keyakinan.” (Al Jadid karya syaikh Al Qor’awi). Maka untuk memurnikan tauhid, kita harus berpaling dari syirik dan pelakunya.
Tawakkal Kepada Alloh, Itu Kuncinya
Mari kita simak sabda Nabi yang paling kita cintai dan sangat mencintai umatnya, Muhammad sholallohu ‘alaihi wa sallam tentang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab. Beliau bersabda, “Beberapa umat ditampakkan kepadaku, lalu kulihat seorang nabi bersama beberapa orang, ada seorang nabi bersama satu atau dua orang, dan ada seorang nabi yang tidak disertai siapapun. Tiba-tiba ditampakkan kepadaku satu golongan dalam jumlah yang amat banyak, sehingga aku mengira mereka adalah umatku. Maka ada yang memberitahukan kepadaku, ‘Ini adalah Musa dan kaumnya.’ Aku melihat lagi, ternyata di sana ada jumlah yang lebih banyak lagi. Ada yang memberitahukan kepadaku, ‘Itulah umatmu, tujuh puluh ribu orang di antara mereka masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab.’ Kemudian beliau bangkit dan masuk rumah. Maka orang-orang berkumpul bersama orang-orang yang sudah berkumpul. Sebagian mereka mengatakan, ‘Barangkali mereka adalah para sahabat Rosululloh shalAllohu ‘alaihi wa sallam.’ Sebagian yang lain mengatakan, ‘Boleh jadi mereka adalah orang-orang yang dilahirkan dalam Islam dan tidak menyekutukan sesuatu pun beserta Alloh.’ Mereka pun mengatakan banyak hal. Lalu Rosululloh shalAllohu ‘alaihi wa sallam keluar menemui mereka dan mereka memberitahukan kepada beliau. Maka beliau bersabda, ‘Mereka adalah orang-orang yang tidak meminta ruqyah, tidak meminta untuk (berobat dengan cara) disundut dengan api, dan tidak melakukan tathayyur, serta mereka bertawakal kepada Alloh.’ Lalu ‘Ukkasyah bin Mihshon berdiri dan berkata, ‘Berdo’alah kepada Alloh agar Dia menjadikan aku termasuk golongan mereka.’ Beliau bersabda, ‘Engkau termasuk golongan mereka.’ Kemudian ada orang lain berdiri dan berkata, ‘Berdo’alah kepada Alloh agar Dia menjadikan aku termasuk golongan mereka.’ Beliau bersabda, ‘Engkau sudah didahului ‘Ukasyah.’” (HR. Al Bukhori dan Muslim)
Di antara pelajaran paling berharga yang bisa dipetik dari hadits ini adalah bahwa tidak meminta ruqyah, tidak berobat dengan cara disundut dengan besi panas (kayy), dan tidak menganggap akan mengalami kesialan setelah mendengar atau melihat sesuatu (tathoyyur) merupakan wujud dan realisasi dari tawakkal kepada Alloh. Karena itulah Rosululloh menganjurkan kepada umatnya agar tidak melakukan ketiga hal tersebut, karena pengaruh ruqyah dan kayy yang sangat kuat sehingga dikhawatirkan seorang hamba menggantungkan harapan kesembuhannya kepada cara pengobatan tersebut dan bukannya bersandar kepada Alloh. Khusus untuk tathoyyur maka hukumnya tidak diperbolehkan. Kesimpulannya, keadaan orang yang akan masuk surga sangat tergantung dari kadar tawakkal setiap orang, semakin tinggi tingkat tawakkalnya semakin tinggi pula tingkat kesempurnaan tauhidnya. Allohlah tempat kita bersandar dan menyerahkan urusan. Wallohu a’lam.

Doa agar selamat dunia dan akhirat


Kehidupan kita di dunia ini penuh dengan tantangan dan cobaan. Sebagai makhluk yang lemah, kita tak luput dari ancaman kebodohan, kemiskinan, hutang, penyakit, kecelakaan, bencana alam, dan segudang masalah lainnya. Jika di dunia saja begitu banyak masalah mendera kita. Bagaimana pula dengan masalah yang akan menunggu kita di alam barzakh dan akhirat kelak? Tiada tempat memohon dan berlindung kecuali kepada Allah SWT. Dalam hal ini, Rasulullah SAW telah mengajarkan sebuah doa dahsyat yang sangat penting bagi keselamatan hidup umatnya di dunia dan akhirat. Selamat menghafal, memahami, dan mengamalkan doa dahsyat tersebut!

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (( مَا مِنْ دَعْوَةٍ يَدْعُو بِهَا الْعَبْدُ أَفْضَلَ مِنْ : اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْمُعَافَاةَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ ))
Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Tiada doa yang diucapkan oleh seorang hamba yang lebih utama dari doa:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْمُعَافَاةَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu keselamatan di dunia dan akhirat.” (HR. Ibnu Majah no. 3841. Sanadnya dinyatakan shahih oleh al-hafizh Al-Bushiri dan syaikh al-Albani)

عَنْ الْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ قَالَ : (( قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ عَلِّمْنِي شَيْئًا أَسْأَلُهُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ ؟ قَالَ : سَلْ اللَّهَ الْعَافِيَةَ ، فَمَكَثْتُ أَيَّامًا ، ثُمَّ جِئْتُ فَقُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ عَلِّمْنِي شَيْئًا أَسْأَلُهُ اللَّهَ ؟ فَقَالَ لِي : يَا عَبَّاسُ يَا عَمَّ رَسُولِ اللَّهِ سَلْ اللَّهَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ ))
Dari Abbas bin Abdul Muthalib berkata, Aku bertanya: ‘Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku sebuah doa yang aku bisa memohon kepada Allah dengannya!” Beliau bersabda, “Mohonlah kepada Allah keselamatan!” Beberapa hari setelah itu saya datang lagi kepada beliau dan bertanya, “‘Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku sebuah doa yang aku bisa memohon kepada Allah dengannya!” Beliau bersabda, “Wahai Abbas, wahai paman Rasulullah! Mohonlah kepada Allah keselamatan di dunia dan akhirat!”
(HR. Tirmidzi no. 3436, Ahmad no. 1687, Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad no. 726, Al-Hakim, 1/529, Ath-Thabrani dan Adh-Dhiya’ Al-Maqdisi. Dishahihkan oleh Al-Hakim, Adz-Dzahabi, dan Al-Albani)

Nabi SAW sudah menganggap paman beliau, Abbas bin Abdul Muthalib, seperti ayahnya sendiri. Beliau SAW mencintainya dan berbakti kepadanya sebagaimana seorang anak mencintai dan berbakti kepada ayah kandungnya. Ketika pamannya datang untuk meminta doa ‘andalan’, Nabi SAW mengajarinya doa memohon keselamatan hidup di dunia dan akhirat.
Selama beberapa hari, pamannya mengamalkan doa andalan tersebut. Namun ia belum merasa cukup, karena ia merasa masih banyak kebutuhan hidupnya yang belum terpenuhi. Ia pun datang kepada Nabi SAW dan meminta doa andalan yang lain. Namun Nabi SAW kembali mengajarkan doa yang sama. Beliau SAW tidak mengajarkan doa-doa mustajab yang lain. Imam Muhammad Abdurrahman Al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi Syarh Sunan Tirmidzi menjelaskan bahwa peristiwa ini mengajarkan beberapa pelajaran penting:
  1. Doa memohon keselamatan adalah doa yang sangat penting. Tiada satu doa pun yang menyamainya, dan tiada satu permohonan pun yang mampu menggantikan posisinya.
  2. Dorongan kepada orang-orang yang memiliki kebutuhan untuk senantiasa menetapi doa tersebut saat mengadukan permohonannya kepada hadapan Allah SWT.
  3. Keselamatan memiliki arti pembelaan dan perlindungan Allah SWT kepada hamba-Nya. Seorang muslim yang mengucapkan doa ini berarti telah menjadikan Allah SWT sebagai pelindung dan pembelanya dari segala kesulitan hidup yang akan ia temui di dunia dan akhirat.
  4. Doa ini merupakan sebaik-baik bekal untuk menolak segala bahaya dan meraih segala kebajikan.

Rasulullah SAW tidak hanya mengajarkan doa ini kepada pamannya saja. Beberapa sahabat yang datang kepada beliau dan meminta doa andalan, senantiasa diajari doa ini. Sebagaimana disebutkan dalam hadits-hadits berikut.
عن أنس رضي الله عنه قال : (( أتى النبي صلى الله عليه وسلم رجل فقال : يا رسول الله ، أي الدعاء أفضل ؟ قال : « سل الله العفو والعافية في الدنيا والآخرة » ، ثم أتاه الغد فقال : يا نبي الله ، أي الدعاء أفضل ؟ قال : « سل الله العفو والعافية في الدنيا والآخرة ، فإذا أعطيت العافية في الدنيا والآخرة فقد أفلحت » ))
Dari Anas RA berkata, “Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW dan berkata: ‘Wahai Rasulullah, doa apakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Mohonlah kepada Allah ampunan dan keselamatan di dunia dan akhirat!” Keesokan harinya laki-laki itu kembali datang kepada Nabi SAW dan berkata: ‘Wahai Nabiyullah, doa apakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Mohonlah kepada Allah ampunan dan keselamatan di dunia dan akhirat! Jika engkau telah dkaruniai keselamatan di dunia dan akhirat, niscaya engkau telah beruntung.”
(HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad no. 637, dan dishahihkan oleh Al-Albani)

عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (( مَنْ فُتِحَ لَهُ مِنْكُمْ بَابُ الدُّعَاءِ فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ ، وَمَا سُئِلَ اللَّهُ شَيْئًا يَعْنِي أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يُسْأَلَ الْعَافِيَةَ ، إِنَّ الدُّعَاءَ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَلَ وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلْ فَعَلَيْكُمْ عِبَادَ اللَّهِ بِالدُّعَاءِ ))
Dari Ibnu Umar RA berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa di antara kalian dilapangkan hatinya untuk berdoa, niscaya telah dibukakan untuknya pintu-pintu rahmat (kasih saying Allah). Allah tidak pernah dimintai sesuatu yang lebih Dia sukai dari permohonan keselamatan. Sesungguhnya doa itu bermanfaat terhadap musibah yang telah turun dan musibah yang belum turun. Oleh karena itu, hendaklah kalian senantiasa berdoa, wahai para hamba Allah!”
(HR. Tirmidzi no. 3471 dan Al-Hakim. Dishahihkan oleh Al-Hakim dan Al-Albani)

عن رفاعة بن رافع قَالَ : (( قَامَ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ عَلَى الْمِنْبَرِ ثُمَّ بَكَى فَقَالَ : قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ الأَوَّلِ عَلَى الْمِنْبَرِ ثُمَّ بَكَى فَقَالَ : “اسْأَلُوا اللَّهَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فَإِنَّ أَحَدًا لَمْ يُعْطَ بَعْدَ الْيَقِينِ خَيْرًا مِنْ الْعَافِيَةِ” ))
Dari Rifa’ah bin Rafi’ berkata, “Abu Bakar Ash-Shiddiq RA berdiri di atas mimbar lalu menangis. Kemudian ia berkata: ‘Rasulullah SAW pada tahun pertama hijrah berdiri di atas mimbar, lalu menangis, dan bersabda: “Hendaklah kalian memohon kepada Allah ampunan dan keselamatan. Setelah dikaruniai keyakinan (iman), sesungguhnya seorang hamba tidak diberi karunia yang lebih baik daripada keselamatan.”
(HR. Tirmidzi no. 3481, Al-Hakim, dan Ibnu Hibban. Dishahihkan oleh Al-Hakim dan Al-Albani. Hadits yang semakna dengan lafal yang lebih lengkap diriwayatkan oleh Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah dari Awsat bin Ismail dari Abu Bakar Ash-Shiddiq. Sanadnya dishahihkan oleh Ahmad Syakir)

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ (( أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِقَومٍ مُبْتَلَينَ ، فَقَالَ : أَمَّا كَانَ هَؤُلاَءِ يَسْأَلُونَ الْعَافِيَةَ ؟! ))
Dari Anas RA bahwa Nabi SAW berjalan melewati beberapa orang yang terkena musibah. Maka beliau SAW bertanya, “Apakah mereka tidak memohon keselamatan (kepada Allah)?”
(HR. Al-Bazzar. Al-hafizh Al-Haitsami dalam Majmauz Zawaid berkata: Seluruh perawinya tsiqah. Al-Albani juga menshahihkannya)

Sabtu, 19 November 2011

Berdoa Terlindung dari Musibah


Musibah adalah sesuatu hal yang tak bisa kita prediksi kapan dan dimana dan kepada siapa akan menimpa. Kewajiban kita sebagai seorang mukmin adalah selalu berdoa minta perlindungan kepada Allah taala Yang Maha Rahim agar kita terhindar dari musibah.
Rasulullah s.a.w dengan berbagai macam cara selalu  menghimbau orang-orang mu’min supaya mereka senantiasa ingat kepada Tuhan agar mereka selalu mendapat limpahan rahmat kasih sayang Allah taala. Azab yang bertubi-tubi turun berupa bencana-bencana alam yang telah menimpa kaum-kaum terdahulu, banyak negeri porak-poranda dan hancur luluh sehingga meninggalkan hanya nama dan bekas-bekasnya saja. Beliau s.a.w sangat merasa khawatir jangan-jangan disebabkan sesuatu kesalahan azab seperti itu turun pula menimpa mereka yang telah  beriman kepada beliau s.a.w atau orang-orang yang tinggal disekitar kampung halaman beliau s.a.w.

Maka dari itu kapan saja saat beliau melihat ada angin bertiup kencang atau hujan lebat turun, beliau segera memohon perlindungan kepada Allah s.w.t dan berdo’a agar Dia menurunkan kasih sayang-Nya. Dan beliau s.a.w menghimbau orang-orang mukmin juga untuk memohon kasih sayang-Nya, agar angin yang sedang bertiup kencang atau hujan yang sedang turun dengan derasnya itu jangan menjadi azab bagi mereka. Maka bila saja terjadi angin badai atau angin kencang bertiup atau hujan turun dengan derasnya maka beliau s.a.w segera memohon perlindungan dan kasih sayang  Allah s.w.t.
Terdapat hadits yang diriwayatkan oleh Hadzrat Abu Hurairah r.a. katanya Rasulullah s.a.w bersabda : “Sekali-kali janganlah kamu mengutuki angin karena angin juga pembawa rahmat Allah s.w.t disamping ia membawa azab. Akan tetapi mintalah kebaikan dari angin itu kepada Allah s.w.t dan mohonlah perlindungan kepada-Nya dari keburukannya.”
Utbah bin Rawahah mendengar dari Aisyah r.a. katanya: “Apabila angin bertiup kencang atau nampak ada awan tebal diatas langit, maka muka Rasulullah s.a.w nampak segera berubah, sebentar duduk  sebentar berjalan, beliau s.a.w mondar-mandir dalam keadaan gelisah dan khawatir takut kalau-kalau angin atau awan itu membawa azab. Apabila hujan sudah turun beliaupun nampak gembira, kegelisahanpun perlahan-lahan menghilang.”
Kata  Aisyah r.a, diwaktu itu beliau s.a.w bersabda : “Aku merasa takut jangan-jangan azab turun bersama angin atau awan itu yang akan menimpa ummatku”. Apabila beliau melihat hujan sudah turun, beliau bersabda : “Alhamdulillah ini rahmat Allah turun!”
Wujud Rasulullah s.a.w dari ujung rambut sampai ujung kaki semata-mata rahmat bagi semua makhluk Allah s.w.t. Beliau sendiri berdo’a untuk semua dan mengajarkan juga do’a-do’a itu yang harus diamalkan oleh ummat beliau. Apabila ada angin atau badai bertiup kencang bacalah do’a ini:

اَللَّهُمَّ اِنِّيْ اَسْئَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيْهَا وَخَيْرَ مَا اُرْسِلَتْ بِهِ

وَاَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّمَا فِيْهَا وَشَرِّمَا اُرْسِلَتْ بِهِ

Artinya : “Ya Allah aku memohon kebaikannya dan kebaikan yang ada didalamnya dan kebaikan yang diturunkan bersamanya. Dan aku berlindung kepada Engkau dari keburukannya dan dari keburukan yang ada didalamnya dan dari keburukan yang diturunkan bersamanya.”

اَللَّهُمَّ اِنِّيْ اَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَ تَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجْاَتِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَتِكَ

Artinya :“Ya Allah aku berlindung kepada Engkau dari hilangnya ni’mat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, dan dari berubahnya kesehatan yang telah Engkau anugerahkan padaku, dan dari azab Engkau yang datangnya secara tiba-tiba dan aku berlindung kepada Engkau dari semua perkara yang menimbulkan kemurkaan Engkau.”
(Dikutip dari Khutbah Jumat Mirza Masroor Ahmad, Pemimpin Ahmadiyah seluruh dunia di Masjid  Baitul Futuh, London, 2 Maret 2007

ISLAM ITU INDAH

Apakh kalian tahu bahwa hidup kita tidak lama lagi,anggap lah kita mati besok,maka dari pada itu kita harus bertobat sebelum ajal datang.